post-image

Menakar Peluang Kegemilangan MXGP oleh Pemerintah dan untuk Masyarakat Kabupaten Sumbawa

Event internasional MotoGP beberapa bulan lalu di Mandalika-Lombok Tengah dapat dikategorikan sebagai bentuk keberhasilan Indonesia di mata dunia. Hujan hingga mengakibatkan tertundanya beberapa waktu untuk memulai perlombaan, beberapa riders cidera dan bahkan diantaranya tidak dapat mengikuti perhelatan yang dinanti-nantikan tersebut adalah sebuah bumbu yang biasa terjadi di arena MotoGP lainnya. Namun, positifnya ketika  hampir di seluruh belahan dunia mengatakan MotoGP 2022, terlintas dibenaknya sebuah pulau kecil yang menyimpan berbagai keindahan, pulau Lombok-Nusa Tenggara Barat.

Berjalan ke timur Pulau Lombok, akankah kegemilangan tersebut terjadi kembali pada event Dunia Motor Cross Grand Prix (MXGP) di Samota-Kabupaten Sumbawa pada juni mendatang. Salah satu kuncinya ada pada Pemerintah dan Masyarakat Kabupaten Sumbawa.

Event Internasional, layaknya MotoGP yang lalu adalah perhelatan yang dilaksanakan dan dikontrol utamanya oleh perusahaan-perusahaan besar bertaraf internasional. Dari sponsorship, pembalap, perlengkapan hingga pembiayaan. Kegiatan tersebut tidak hanya bernilai positif sebagai rungan balong bagi seluruh masyarakat dunia ke suatu daerah saja. Melainkan bernilai positif bagi pembangunan fisik maupun mental pemerintah dan masyarakat.

Untuk mendatangkan para riders, sponsorship, dan penonton atau penggembira di setiap kegiatan interansional membutuhkan transportasi udara, darat maupun laut yang berskala minimal nasional. Bahkan menilik Mandalika-Lombok Tengah pada beberapa bulan lalu, semuanya disulap menjadi bertaraf internasional. Tantangannya, seperti kebutuhan pra, saat dan pasca event juga perlu disiapkan, seperti tempat tinggal, perlengkapan sehari-hari seperti makanan dan lain-lain juga perlu menjadi perhatian tuan rumah.

Menjadi tuan rumah pada perhelatan internasional tidak mudah, tidak pun dianggap susah. Dalam teori pembangunan sosial, pembangunan dapat dilihat sebagai sebuah perencanaan dan keberlanjutan secara makro dan mikro. Secara makro, event ini dapat menjadi promosi daerah di mata nasional bahkan dunia. Kecakapan pemimpin daerah diperlukan agar peluang ini jangan berlalu saja (Arsyad, 2000).

Jika menganalisa Visi dan Misi Bupati dan Wakil Bupati Sumbawa, bapak Drs. H. Mahmud Abdullah dan Ibu Dewi Noviany, MPD (Mo-Novi), salah satunya menginginkan Sumbawa dapat menjadi daerah yang berkompetisi di tingkat Internasional, dan inilah waktunya mereka membuktikan janji-janji tersebut. Kecakapan yang diperlukan adalah melihat peluang promosi salah satunya. Kekuatan seperti media, bukan hanya lokal, bahkan nasional serta internasional harus mulai didekati, sehingga para pelaku media, terutama media sosial perlu diikutsertakan untuk bersuara. Influencer yang notabene menjadi magnet masyarakat, minimal di tingkat nasional saja saat ini dapat menjadi media promosi bagi daerah. Tinggal bagaimana pemerintah dapat mengemas, mempromosikan dan melihat peluang tersebut.

Melihat visi dan misi Mo-Novi lebih dalam lagi, diantaranya juga menyasar pada bidang Pariwisata, Investasi dan infrastruktur. Peluang event internasional ini dapat dijadikan jalan untuk membisik para petinggi negara, misalnya saja kehadiran menteri pariwisata untuk turut mempromosikan wisata di Sumbawa, tentunya tidak hanya menyasar untuk mempromosikan Samota saja, melainkan mengeksplore lebih luas seluruh wilayah Kabupaten Sumbawa. Pihak Dinas Pariwisata Sumbawa dengan berbagai katalog pariwisatanya harus siap menyodorkan semua titik-titiknya yang dapat didatangi masyarakat luar. Terlebih jika Kementerian Pariwisata diikutsertakan, dikarenakan Kemeterian pariwisata pun saat ini telah banyak menggaet influencer nasional untuk mempromosikan beberapa daerah di Indonesia.

Di bidang investasi dan infrastruktur pun begitu. Pemerintah harus memiliki blue print pembangunan yang dapat dipaparkan kepada pemerintah pusat karena kesempatan dilirik oleh pemerintah pusat tidaklah datang dua kali, termasuk infrastruktur. Dari bandara, jalan hingga bangunan-bangunan. Terutama terkait jalan, Sumbawa memiliki hampir seluruh medan, dari pegunungan, laut hingga dataran. Event internasional, MXGP ini barulah permulaan. Pemerintah harus memiliki cita-cita untuk memiliki gambaran lebih jauh tentang efek dari event internasional ini. Minimal, memahami ketika ini berakhir, Kabupaten Sumbawa meninggalkan investasi dan infrastruktur yang baik, terutama hasil dari event ini dapat dimanfaatkan untuk pembuktian visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati Sumbawa.

Sepeti menyelam minum air, visi dan misi serta yang dituangkan pada 10 program unggulan Mo-Novi terkait Pariwisata, Investasi dan Infrastruktur dapat dibuktikan dari event internasional ini. Terutama ketika dapat dipromosikan lebih baik, tertata dan terencana.

Namun, ada hal yang tidak kalah penting selain pembangunan di tingkat makro, yaitu tingkat mikro. Pemerintah Daerah harus dapat menggerakkan ekonomi masyarakat di tingkat bawah, mengikutsertakan mereka bahkan jangan sampai ada anggapan masyarakat Sumbawa menjadi penonton di daerahnya sendiri.

Pemerintah Sumbawa harus membuktikan saat ini, berdasarkan survei MY Institute pada awal tahun 2022 lalu menyampaikan keoptimisan masyarakat kepada pemerintah yang cukup tinggi. Namun, ada catatan terkait keikutsertaan masyarakat di dalam event-event yang dilaksanakan oleh pemerintah belum banyak merangkul masyarakat. MXGP ini dapat menjadi pembuktian pemerintah, jika telat dan tidak terkonsep, maka sama saja dengan penyelenggaraan biasa yang telah berlalu. Sumbawa memiliki 24 kecamatan dengan 165 desa dan kelurahan, maka keseluruhannya harus dapat dirangkul. Misalkan bagaiaman agar tiap desa dan kelurahan memiliki posko di tempatnya sendiri. Pihak pusat dan pendatanglah nanti yang akan mendatangi mereka untuk dikunjungi, tentunya jika ada produk di sekitarnya.

Contohnya saja, berdasarkan penelitian MY Institute tahun 2019 lalu, Sumbawa dapat menjadi magnet dibandingkan daerah sekitarnya seperti Bali, Lombok maupun Raja Ampat. Sumbawa dapat menawarkan pariwisata sejarah yang nantinya dapat menjadi arena yang juga dapat dipromosikan dan diperkenalkan di mata masyarakat nasional maupun dunia, tergantung bagaimana pemimpinnya mengonsepkan tersebut.

Kita bermimpi daerah kita akan besar dengan event-event internasional, namun lebih besar lagi membuktikan janji-janji politik semasa kampanye kepada masyarakat dengan berjalan bersamaan dengan event tersebut.