Melihat Peluang, dan Membuka Lembaran Pariwisata Sumbawa "Museum Pulau Sumbawa"
Flashback pada awal tahun 2018 lalu, MY Institute mempublish sebuah kajian riset berdasarkan hasil survei yang bertajuk “Peluang Sumbawa mengembangkan Wisata Sejarah dan Budaya”. Selang dua tahun sejak itu, salah satu calon Bupati dan Wakil Bupati Sumbawa (baca: Mo-Novi) di dalam 10 program unggulannya mencamtumkan akan dikembangkannya Pariwisata Sejarah dan Budaya di Kabupaten Sumbawa jika nantinya terpilih, tentunya hadir program unggulan tersebut melewati beragam kajian juga. Ajang pemilihan pimpinan daerah tersebut akhirnya pula memilih Mo-Novi sebagai Bupati dan Wakil Bupati Sumbawa periode 2021-2026.
Beragam rentetan kajian tersebut memperkuat berbagai analisa tentang apa yang “paling bagus”, “pantas” dan yang “mampu” dikembangkan di Kabupaten Sumbawa. Apakah pariwisata atau bidang lainnya? Jika pariwisata, maka pariwisata apa yang patut untuk dikembangkan.
Berdasarkan riset MY Institute pada tahun 2017 yang lalu menjelaskan bahwa masyarakat menilai saat itu pemerintah lebih banyak mengembangkan pariwisata “alam” saja dibandingkan yang lainnya. Padahal, ketika dilakukan survei kepada masyarakat, mereka lebih merasakan hadirnya nuansa sejarah dan budaya di sekitarnya. Masyarakat merasakan bahwa ketika pariwisata alam dikembangkan, tidak banyak diantara mereka yang dilibatkan untuk berpartisipasi. Misalnya menjadi tenaga tour-guide, berjualan di sekitar tempat dan pekerjaan lainnya, walaupun sebenarnya lokasi pariwisata tersebut berdekatan dengan tempat mereka, bahkan mereka sangat memahami seluk-beluk lokasi tersebut. Mereka menilai bahwa pariwisata alam hanya dikuasai oleh pihak-pihak tertentu saja.
Sebaliknya, berdasarkan hasil survei, 78.9% masyarakat menilai bahwa kearifan lokal akan lebih mudah dikembangkan, karena di sekitar mereka masih banyak yang memegang erat kebudayaan, dan masih ada banyak sejarah yang belum terungkap, namun telah banyak dikembangkan di sekitar mereka.
Membaca peluang yang hadir di sekitar. Berdasarkan Analisa MY Institute juga, Sumbawa diapit oleh berbagai pulau yang mengembangkan pariwisata alam. Misalnya Pulau Bali, Lombok dan Raja Ampat. Tidak bermaksud meniadakan pariwisata alam Kabupaten Sumbawa, namun alangkah bagusnya jika dapat menghadirkan pariwisata alternatif, sehingga ketika pelancong sudah menikmati pariwisata alam di Bali dan Lombok, sebelum ke Raja Ampat, mereka dapat menikmati wisata berbeda, misalnya saja sejarah dan budaya.
Selain itu, jika berbicara terkait praktisi atau orang-orang yang memiliki kualifikasi untuk mengembangkan pariwisata alam, maka kabupaten Sumbawa perlu menambah ahli-ahlinya serta anak muda yang didorong untuk disekolahkan dalam pengembangan pariwisata tersebut. Sedangkan pariwisata sejarah dan budaya Sumbawa telah memiliki fondasi. Misalnya saja ketika hadir Lembaga Adat Tana Samawa (LATS) di beberapa kecamatan, dan pelaku sejarah lainnya.
Selanjutnya, secara makro perlu dikaji daerah-daerah yang dikenal dengan daerah kebudayaan seperti Yogyakarta atau Solo. Saat ini daerah tersebut mulai bergeser ke pariwisata alam dan modern (misalnya Mall, Kolam Renang atau Water Boom dan lainnya), sehingga lambat laun mereka meninggalkan pariwisata sejarah dan budayanya. Namun cukup ambigu, ketika ditempat hiburan modern seperti Mall berjamur tempat makan atau wisata di dalamnya yang menghadirkan nuansa tradisional, seperti tempat makan terbuat dari joglo atau di tengah mall hadir rumah-rumahan tradisional. Hal ini berindikasi bahwa masa lalu atau tradisional ditinggalkan, namun dirindukan. Maka, Kabupaten Sumbawa memiliki peluang untuk menghadirkan yang benar-benar asli.
Berbagai alasan dan peluang tersebut haruslah pintar dibaca oleh pemimpin dan dinas di Kabupaten Sumbawa.
Jika pemimpin daerah serius mengonsepkan ini, Sumbawa dapat menjadi “Museum” bagi sejarah dan budaya di timur Indonesia. Di dalamnya hadir etalase-etalase sejarah dan budaya, yaitu dari desa-desa di Kabupaten Sumbawa sendiri. Para penonton atau pelancong nantinya akan disuguhi wisata untuk mengeliling berbagai desa dengan bermacam trek atau arena sesuai kesukaannya. Jika ingin nuansa desa, belanja dan menikmati laut, dapat mengunjungi beberapa desa di pinggil laut. Jika ingin lebih terjal, dapat mengunjungi desa di atas pegunungan dengan menyediakan alat transportasinya. Sumbawa telah dianugerahi beragam ketersediaan modal, namun bagaimana dapat dikelolanya dan bekerjasama untuk mengembangkannya.
Oleh:
Tim MY Institute